Jumat, 06 April 2018

Local Food

1. KLEPON
Hasil gambar untuk klepon
      
          Dahulu kala, hidup seorang janda bersama putrinya bernama Galuh di suatu daerah di Martapura. Sejak ditinggal suaminya meninggal dunia janda tersebut hanya hidup bersama Galuh putri semata wayangnya. Sang janda pun sering sakit – sakitan sepeninggal sang suami. Sang janda mempunyai kebiasaan yaitu senang membuat kue, kebiasaan ini di jalaninya sejak sang suami masih hidup hingga suaminya meninggal dunia.
Selain demi keluarga sang janda juga membuat kue untuk dijual demi membantu sang suami dalam membangun ekonomi keluarga mereka, terlebih saat sang suami meninggal sang janda harus berusaha keras untuk tetap bisa menghidupi Galuh putri kesayangannya. Kue buatannya pun sangat lezat dan digemari banyak orang karena itu sang janda banyak mempunyai pelanggan, selain kelezatan kue buatannya biasanya tetangga merasa kasihan melihat hidup sang janda bersama putrinya, sepeninggal kepala keluarga mereka hidup dari hasil berdagang kue, maka para tetangga berusaha membantu perekonomian sang janda dengan membeli kue buatannya.
Pada zaman dulu pembuatan kue tentunya tidak secanggih dan sehebat seperti saat ini, kue pada saat itu pun tidak banyak macamnya. Orang zaman dulu hanya bisa membuat kue sederhana, misalnya kue buatan sang janda hanya dengan memasukkan beras kedalam lesung. Wadah yang berbentuk kotak terbuat dari kayu Ulin ditengahnya terdapat bolongan yang digunakan sebagai tempat makanan serta kayu Ulin yang panjang untuk menghaluskan makanan didalamnya yang biasanya disebut Lasung. Setelah beras dimasukkan kedalam lasung kemudian ditumbuk hingga halus, setalah halus dimasukkan kedalamnya gula merah yang sudah dilunakkan. Dan dicampur kelapa yang diambil hanya dalamnya ( dagingnya yang berwarna putih ) diiris tipis kemudian kembali dihaluskan dalam lasung. Semua bahan dihaluskan hingga jadi satu dan agak mengeras.
Hal tersebut dikarenakan hawa di lasung yang panas hingga kue seperti dimasak yaitu mengeras dan semua adonan menjadi satu. Setelah menjadi satu dan mengaras adonan kue tersebut di bentuk bulat – bulat menggunakan sendok. Karena campurannya selain beras ada pula gula merah dan kelapa rasanya pun menjadi gurih dan nikmat, perpaduan bahan yang menggoda selera, saat itu kue tersebut dinamakan Wadai masak di lasung.
Sang janda pun mencari nafkah melalui berdagang Wadai masak di lasung tersebut. Kondisinya yang sudah mulai tua membuat fisik sang janda tak sekuat dulu, ia pun sering didera sakit – sakitan. Pada suatu malam sang janda sakit dan ingin sekali makan wadai masak di lasung. Kecintaan Galuh pada ibu nya menuntunnya untuk selalu bisa mengikuti kehendak sang ibu, terlebih lagi mereka hidup hanya berdua di dunia ini dan sang janda tersebut sangat mengasihi Galuh, karena itu sebagai anak Galuh sangat mencintai ibunya. Di lubuk hati terdalamnya sangat sedih melihat keadaan ibunya yang terbujur sakit dan tak berdaya. Hati Galuh terpanggil untuk membuktikan baktinya sebagai seorang anak terhadap orang tua yang sudah mengandung, melahirkan, dan dengan segenap jiwa raga serta kasih sayangnya membesarkan Galuh.
Walaupun hari telah malam, melihat keinginan ibunya yang sedang sakit Galuh pergi ke dapur untuk membuat kue, sambil merebus air di kendi yang berukuran besar untuk minum ibunya. Sambil merebus air Galuh segera mulai membuat kue dengan memasukkan beras kedalam lasung. Ternyata lasung baru saja dicuci dengan air dan ditengkurapkan guna mengeringkan air yang meresap di lasung.
Setelah itu Galuh hendak memakai lasung maka di ambilnya lasung dan ternyata terdapat kalajengking di dalam lobang tempat pembuatan kue di lasung tersebut. Galuh terkejut dan takut melihat kalajengking tersebut tanpa sadar ia berteriak meminta tolong, ibunya yang sedang istirahat ditempat tidur ikut terkejut mendengar teriakan Galuh kemudian menanyakan apa yang terjadi, namun Galuh berusaha menyembunyikan apa yang sudah ia temukan di lasung, karena tak ingin ibunya khawatir Galuh mengatakan tak ada apa – apa. Niat Galuh membuatkan kue buat ibunya sudah bulat rasa takut terhadap kalajengking dihilangkannya, sekuat tenaga Galuh membuang kalajengking yang ada di lasung milik ibunya tersebut. Dan usaha Galuh tak sia – sia kalajengking berhasil di usirnya dari lasung dengan menggunakan kayu bakar yang ada didapurnya.
Pada masa itu tak ada kompor, memasak hanya dengan menggunakan kayu. Sang janda menyadari Galuah sudah sangat lama berada di dapur namun tak ada juga bunyi lesung. Lama Sang janda memanggil, ” luh, lambatnya, kenapa ? “. ” Hadangpun” sahut sang anak. Untuk orang Banjar, apabila menjawab panggilan orang yang lebih tua ataupun yang dihormati biasanya menggunakan “ pun ” yang berarti iya.
Setelah mendengar sahuta Galuh, ibunya pun terdiam beristirahat sambil menunggu kue buatan sang anak. Setelah lama ditunggu masih tak terdengar bunyi lasung tanda dimulainya pembuatan kue. Sang janda kembali menegur Galuh, “ banyu menggurak sudah dalam kendi, model kendi halus tuh sudah menggurak masih kada tedangar bunyi lasung pabila pulang ”. Sang ibu sedikit jengkel dengan anaknya, sang ibu merasa bahwa sudah lama anaknya berada di dapur tapi belum juga terdengar lasung berbunyi tanda beras dihaluskan. Kemudian membandingkan merebus air dikendi yang besar saja sudah mendidih, tapi Galuh belum juga menghalusakan adonan kue.
Sang ibu memanggil Galuh kembali, “ luh balum haja kah? ”. “ Kalapun ” jawaban Galuh menyahuti pertanyaan ibunya. Galuh merasakan kejengkelan ibunya, Galuh berusaha memberitahukan ibunya ada kalajengking di dalam lasungnya, sehingga terlambat membuat kue. Karena gugup sahutan Galuh terhadap ibunya menjadi “ kalapun ”.
Setelah berhasil membuang kalajengking Galuh mulai membuat adonan kue. Dimulai membuat beras dalam lasung kemudian dihaluskan dengan cara di tutuk. Setelah menghaluskan beras, karena sudah terlalu lama membuat kue dan keinginan Galuh agr ibunya yang sedang sakit segera makan kue, beras yang sudah dihaluskan dibentuk bulat – bulat setelah itu di masukkan Galuh kedalam air mendidih.
Setelah bulatan dimasukkan kedalam air mendidih ditunggu hingga bulatan muncul kepermukaan air yang menandakan kue sudah matang dan bulatan tersebut dianggkat menggunakan sendok sampai semua adonan matang, kemudian di letakkan dam piring, dengan kreasi ingin mempermanis kue tersebut maka Galuh menyisipkan gula merah ditengah kue tersebut dan kemudian diperutkannya kelapa di atas kue tersebut.
Setelah itu Galuh menemui ibunya dengan membawa kue kreasinya itu, sang ibu terkejut mengapa kue yang dibuat Galuh tak sama seperti kue buatannya. Lalu dicicipinya kue buatan putri tersayangnya, ia kembali terkejut karena kue tersebut memiliki rasa yang begitu enak. Sang ibu pun memuji kepandaian Galuh membuat kue.
Pada saat itu ada tetangga yang datang kerumah Galuh, karena mendengar ibu Galuh sakit. Saat datang, ibu Galuh meminta tetangganya tersebut mencicipi kkue buatan Galuh, hasilnya sama ketika ibu Galuh pertama mencoba kue tersebut. Tetangga kemudian bertanya apa nama kue trsebut, Galuh terdiam ia tak tau apa nama kue tersebut karena kue itu ia buat sendiri tanpa petunjuk siapapun, bahkan terkesan sembarangan karena hanya ingin ibunya cepat mencicipi kuenya dan tak ingin sang ibu merasa marah ataupun jengkel kepadanya. Saat Galuh terdiam tetangganya heran, dan kembali menanyakan nama kue enak buatan Galuh tersebut. Sang janda ingat bahwa tadi putrinya Galuh menyebut kalapun, lalu ia mengatakan bahwa kue tersebut bernama kalapun.
Sejak saat itu kue tersebut dijadikan Galuh sumber rezekinya. Galuh tak ingin lagi ibunya yang sudah tua dan sakit – sakitan berdagang kue, Galuh mengambil alih semua yang dilakukan ibunya. Galuh mencari rezeki untuk hidup ia dan ibunya dengan berdagang kue kelepun.
Seiring perkembangan zaman yang terus mengarah pada perubahan kue kelepun pun ikut mengalami perubahan sedikit nama dari kelepun menjadi kelepon. Namun tak sedikit orang yang masih menyebut kelepun pada kue kelepon. Mengenai rasa dan bahan pembuatan kelepon tak ada perubahan hingga sekarang, kelepon tetap menjunjung rasa manis dan menggugah selera. Karena Galuh tinggal di daerah Martapura maka kue kelepon tersebut disinyalir sebagai salah satu kue khas Martapura.
Klepon atau kelepon adalah sejenis makanan tradisional atau kue tradisional Indonesia yang termasuk ke dalam kelompok jajan pasar. Makanan ini terbuat dari tepung beras ketan yang dibentuk seperti bola-bola kecil dan diisi dengan gula merah lalu direbus dalam air mendidih. Klepon yang sudah masak lalu digelindingkan di atas parutan kelapa agar melekat, sehingga klepon nampak berbalur parutan kelapa. Biasanya klepon diletakkan di dalam wadah yang terbuat dari daun pisang.
Di Sumatera dan di Malaysia, klepon disebut "onde-onde", sedangkan di Jawa dan bagian lain di Indonesia penganan yang disebut Onde-onde adalah bebola tepung beras berisi adonan kacang hijau yang dibaluri biji wijen. Perbedaan penyebutan antara di Jawa dan Sumatera-Malaysia ini seringkali menjadi penyebab kekeliruan dan kerancuan dalam mengartikan onde-onde. Klepon biasa dijajakan dengan getuk dan cenil (juga disebut cetil) sebagai camilan di pagi atau sore hari. Warna klepon biasanya putih atau hijau tergantung selera. Untuk klepon dengan warna hijau, perlu ditambahkan bahan pewarna dari daun suji atau daun pandan.
Bahan :
Tepung beras ketan 250 g
Tepung beras 50 g
Air mineral 1350 ml
Daun pandan secukupnya
Garam 1 sdt
Kelapa buah, parut kemudian kukus
Gula merah secukupnya, sisir halus
Gula pasir 3 sdm

Cara membuat :
1.     Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.     Siapkan wadah bersih untuk menguleni adonan.
3.     Daun pandan yang sudah dibersihkan kemudian blender dengan 200 ml untuk dijadikan pewarna alami. Sisihkan.
4.    Masukkan tepung beras ketan, tepung beras, dan garam. Aduk hingga tercampur sempurna.
5.     Tuang sedikit demi sedikit air pewarna, tuang sambil terus diaduk.
6.     Kemudian tuang sedikit demi sedikit air mineral 150 ml, tuang sambil terus diaduk. Jika adonan dirasa sudah cukup kental maka tidak perlu ditambahi air. Aduk hingga adonan hingga mencapai kekentalan yang pas untuk kemudian dibentuk dan diisi dengan gula merah.
7.  Ambil sedikit adonan, pipihkan, dan beri sedikit gula merah yang sudah disisir sebelumnya. Tidak usah terlalu banyak agar nanti ketika direbus tidak meluber keluar.
8.     Bentuk adonan menjadi bola-bola.
9.     Ulangi poin 6 dan 7 hingga adonan habis.
10.  Rebus 1 L air, tunggu hingga mendidih.
11. Masukkan klepon yang sudah dibentuk. Tunggu hingga klepon mengapung.

          12.    Sembari menunggu klepon matang, siapkan parutan kelapa. Campur   parutan kelapa         dengan gula pasir dan garam secukupnya. Sisihkan.        
13.   Tiriskan klepon yang sudah mengapung. Lalu gulingkan atau taburi    klepon dengan parutan kelapa.

         14.    Klepon siap disajikan. Lebih enak dimakan selagi masih hangat.

 2. GUDEG
Gudeg telah dikenal oleh masyarakat Indonesia khususnya sebagai makanan khas dari KotaYogyakarta. Popularitas tersebut juga yang membuat Yogyakarta dikenal dengan nama Kota Gudeg. Gudeg adalah makanan tradisional yang terbuat dari Nangka muda (nangka) yang direbus selama beberapa jam dengan gula kelapa serta santan. Dengan dilengkapi dengan berbagai bumbu tambahan membuat Gudeg menjadi terasa manis dilidah dan memiliki rasa yang khas dan enak sesuai dengan selera masyarakat Jawa pada umumnya.
Pada penyajiannya, Gudeg biasa di lengkapi dengan nasi putih, ayam, telur rebus, tahu atau tempe, dan rebusan terbuat dari kulit sapi segar atau lebih dikenal dengan nama sambal goreng krecek. Ada beberapa jenis Gudeg yang dikenal saat ini yaitu jenis Gudeg kering dan Gudeg basah. Gudeg kering hanya memiliki sedikit santan sementara Gudeg basah mencakup lebih banyak susu kelapa atau santan. Jenis-jenis Gudeg tersebut juga mempengaruhi rasa yang dimiliki oleh Gudeg. Meskipun biasanya manis, Gudeg kadang juga memiliki rasa yang pedas seperti yang terdapat pada wilayah Jawa Timur.
Awalnya Gudeg yang dikenal oleh masyarakat Indonesia khususnya Yogyakarta jaman dahulu adalah Gudeg Basah. Seiring perkembangan jaman, kebutuhan Gudeg untuk oleh-oleh yang semakin berkembang juga seirama dengan munculnya Gudeg kering. Gudeg kering baru ditemukan sekitar enam dasawarsa yang lalu. Sifatnya yang kering membuat gudeg tersebut tahan lama dan sering dimanfaatkan sebagai oleh-oleh yang tentu saja berdampak dengan munculnya industri rumahan yang menyajikan oleh-oleh Gudeg khas Yogyakarta.
Keunikan lainnya dari masakan gudeg adalah kemasannya. Apabila Anda berbelanja Gudeg sebagai makanan khas Yogyakarta, tidak jarang Gudeg tersebut dikemas dengan menggunakan besek. Besek adalah bungkus dari anyaman bamboo yang dibentuk sedemikian rupa berbentuk segi empat dan dapat digunakan sebagai tempat Makanan. Selain itu Gudeg juga sering dikemas menggunakan kendil yaitu berupa wadah yang terbuat dari tanah.
Bahan dan Bumbu :
Garam 2 sendok makan
Kemiri yang disangrai 10 butir
Ketumbar yang sudah disangrai 1 sendok teh
Bawang merah 15 butir
Bawang putih 10 butir
Merica bubuk setengah sendok teh
Nangka muda kurang lebih 1 kg
Santan 2 liter
Air kelapa 1 liter
Lengkuas yang diiris memangjang
Daun salam 5 lembar
Telur rebus (sesuai selera Anda)
Gula aren 200 gram
Setelah bahan-bahan diatas sudah siap, Anda dapat membuat gudeg dengan cara sebagai berikut:
1.    Cuci nangka yang tadi sudah Anda siapkan, lalu dipotong dadu
2.    Rebus nangka tersebut beberapa menit kemudian tiriskan
3.    Masukkan telur rebus, gula aren, dan nangka yang sudah dipotong tadi ke panci. Sebelumnya, Anda perlu memberi alas pada panci dengan beberapa lembar daun salam yang tadi disiapkan, sedangkan diatasnya diletakkan irisan lengkuas.
4.    Haluskan bumbu-bumbu kemudian campurkan dengan setengah air kelapa. Lalu aduk merata dan tuangkan pada panci.
5.    Tuangkan air kelapa yang tidak dicampur sampai telur dan nangka semuanya terendam kemudian tutup pancinya.
6.    Masak selama kurang lebih 2 jam dengan api sedang tanpa membuka tutup panci
7.    Jika air sudah menyusut, sisihkan, dan angkat telur
8.    Tuangkan santan dan aduk sambil menghancurkan potongan nangka. Telur dimasukkan lagi hingga sedikit terendam dengan nangka.
9.    Masak kembali kurang lebih 3 sampai 4 jam dengan api kecil sambil diaduk perlahan.
10. Jika santan sudah habis dan gudeg dirasa sudah berwarna coklat kemerahan itu berarti gudeg yang Anda buat sudah matang.
Tips untuk membuat gudeg nangka :
1.    Pertama, ada baiknya Anda menggunakan kompor listrik karena saat memasak dengan api kecil, jika dengan menggunakan kompor maka api tersebut bisa mati. Nah, agar api yang dihasilkan stabil, ada baiknya menggunakan kompor listrik dengan mengatur 300 watt dan masak selama 7 jam.
2.    Kedua, karena waktu yang lama dalam memasak, Anda lebih baik menggunakan panci dengan alas yang tebal.
3.    Jangan gunakan santan instan, benar-benar santan dari kelapa tua. Kelapa tua inilah rahasia rasa gurih yang tercipta agar gudeg terasa lebih sempurna.
Makanan khas dengan resep gudeg Jogja ini semakin nikmat jika dipadukan dengan sambal goreng krecek dan opor ayam tahu.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Nur Hidayah Gemuis Template by Ipietoon Cute Blog Design