1. KLEPON
Dahulu
kala, hidup seorang janda bersama putrinya bernama Galuh di suatu daerah di
Martapura. Sejak ditinggal suaminya meninggal dunia janda tersebut hanya hidup
bersama Galuh putri semata wayangnya. Sang janda pun sering sakit – sakitan
sepeninggal sang suami. Sang janda mempunyai kebiasaan yaitu senang membuat
kue, kebiasaan ini di jalaninya sejak sang suami masih hidup hingga suaminya
meninggal dunia.
Selain
demi keluarga sang janda juga membuat kue untuk dijual demi membantu sang suami
dalam membangun ekonomi keluarga mereka, terlebih saat sang suami meninggal
sang janda harus berusaha keras untuk tetap bisa menghidupi Galuh putri
kesayangannya. Kue buatannya pun sangat lezat dan digemari banyak orang karena
itu sang janda banyak mempunyai pelanggan, selain kelezatan kue buatannya
biasanya tetangga merasa kasihan melihat hidup sang janda bersama putrinya,
sepeninggal kepala keluarga mereka hidup dari hasil berdagang kue, maka para
tetangga berusaha membantu perekonomian sang janda dengan membeli kue buatannya.
Pada
zaman dulu pembuatan kue tentunya tidak secanggih dan sehebat seperti saat ini,
kue pada saat itu pun tidak banyak macamnya. Orang zaman dulu hanya bisa
membuat kue sederhana, misalnya kue buatan sang janda hanya dengan memasukkan
beras kedalam lesung. Wadah yang berbentuk kotak terbuat dari kayu Ulin
ditengahnya terdapat bolongan yang digunakan sebagai tempat makanan serta kayu
Ulin yang panjang untuk menghaluskan makanan didalamnya yang biasanya disebut
Lasung. Setelah beras dimasukkan kedalam lasung kemudian ditumbuk hingga halus,
setalah halus dimasukkan kedalamnya gula merah yang sudah dilunakkan. Dan
dicampur kelapa yang diambil hanya dalamnya ( dagingnya yang berwarna putih )
diiris tipis kemudian kembali dihaluskan dalam lasung. Semua bahan dihaluskan
hingga jadi satu dan agak mengeras.
Hal
tersebut dikarenakan hawa di lasung yang panas hingga kue seperti dimasak yaitu
mengeras dan semua adonan menjadi satu. Setelah menjadi satu dan mengaras
adonan kue tersebut di bentuk bulat – bulat menggunakan sendok. Karena
campurannya selain beras ada pula gula merah dan kelapa rasanya pun menjadi
gurih dan nikmat, perpaduan bahan yang menggoda selera, saat itu kue tersebut
dinamakan Wadai masak di lasung.
Sang
janda pun mencari nafkah melalui berdagang Wadai masak di lasung tersebut.
Kondisinya yang sudah mulai tua membuat fisik sang janda tak sekuat dulu, ia
pun sering didera sakit – sakitan. Pada suatu malam sang janda sakit dan ingin
sekali makan wadai masak di lasung. Kecintaan Galuh pada ibu nya menuntunnya
untuk selalu bisa mengikuti kehendak sang ibu, terlebih lagi mereka hidup hanya
berdua di dunia ini dan sang janda tersebut sangat mengasihi Galuh, karena itu
sebagai anak Galuh sangat mencintai ibunya. Di lubuk hati terdalamnya sangat
sedih melihat keadaan ibunya yang terbujur sakit dan tak berdaya. Hati Galuh
terpanggil untuk membuktikan baktinya sebagai seorang anak terhadap orang tua
yang sudah mengandung, melahirkan, dan dengan segenap jiwa raga serta kasih
sayangnya membesarkan Galuh.
Walaupun
hari telah malam, melihat keinginan ibunya yang sedang sakit Galuh pergi ke
dapur untuk membuat kue, sambil merebus air di kendi yang berukuran besar untuk
minum ibunya. Sambil merebus air Galuh segera mulai membuat kue dengan
memasukkan beras kedalam lasung. Ternyata lasung baru saja dicuci dengan air
dan ditengkurapkan guna mengeringkan air yang meresap di lasung.
Setelah
itu Galuh hendak memakai lasung maka di ambilnya lasung dan ternyata terdapat
kalajengking di dalam lobang tempat pembuatan kue di lasung tersebut. Galuh
terkejut dan takut melihat kalajengking tersebut tanpa sadar ia berteriak
meminta tolong, ibunya yang sedang istirahat ditempat tidur ikut terkejut
mendengar teriakan Galuh kemudian menanyakan apa yang terjadi, namun Galuh
berusaha menyembunyikan apa yang sudah ia temukan di lasung, karena tak ingin
ibunya khawatir Galuh mengatakan tak ada apa – apa. Niat Galuh membuatkan kue
buat ibunya sudah bulat rasa takut terhadap kalajengking dihilangkannya, sekuat
tenaga Galuh membuang kalajengking yang ada di lasung milik ibunya tersebut.
Dan usaha Galuh tak sia – sia kalajengking berhasil di usirnya dari lasung
dengan menggunakan kayu bakar yang ada didapurnya.
Pada
masa itu tak ada kompor, memasak hanya dengan menggunakan kayu. Sang janda menyadari
Galuah sudah sangat lama berada di dapur namun tak ada juga bunyi lesung. Lama
Sang janda memanggil, ” luh, lambatnya, kenapa ? “. ” Hadangpun” sahut sang
anak. Untuk orang Banjar, apabila menjawab panggilan orang yang lebih tua
ataupun yang dihormati biasanya menggunakan “ pun ” yang berarti iya.
Setelah
mendengar sahuta Galuh, ibunya pun terdiam beristirahat sambil menunggu kue
buatan sang anak. Setelah lama ditunggu masih tak terdengar bunyi lasung tanda
dimulainya pembuatan kue. Sang janda kembali menegur Galuh, “ banyu menggurak
sudah dalam kendi, model kendi halus tuh sudah menggurak masih kada tedangar
bunyi lasung pabila pulang ”. Sang ibu sedikit jengkel dengan anaknya, sang ibu
merasa bahwa sudah lama anaknya berada di dapur tapi belum juga terdengar
lasung berbunyi tanda beras dihaluskan. Kemudian membandingkan merebus air
dikendi yang besar saja sudah mendidih, tapi Galuh belum juga menghalusakan
adonan kue.
Sang
ibu memanggil Galuh kembali, “ luh balum haja kah? ”. “ Kalapun ” jawaban Galuh
menyahuti pertanyaan ibunya. Galuh merasakan kejengkelan ibunya, Galuh berusaha
memberitahukan ibunya ada kalajengking di dalam lasungnya, sehingga terlambat
membuat kue. Karena gugup sahutan Galuh terhadap ibunya menjadi “ kalapun ”.
Setelah
berhasil membuang kalajengking Galuh mulai membuat adonan kue. Dimulai membuat
beras dalam lasung kemudian dihaluskan dengan cara di tutuk. Setelah
menghaluskan beras, karena sudah terlalu lama membuat kue dan keinginan Galuh
agr ibunya yang sedang sakit segera makan kue, beras yang sudah dihaluskan
dibentuk bulat – bulat setelah itu di masukkan Galuh kedalam air mendidih.
Setelah
bulatan dimasukkan kedalam air mendidih ditunggu hingga bulatan muncul
kepermukaan air yang menandakan kue sudah matang dan bulatan tersebut dianggkat
menggunakan sendok sampai semua adonan matang, kemudian di letakkan dam piring,
dengan kreasi ingin mempermanis kue tersebut maka Galuh menyisipkan gula merah
ditengah kue tersebut dan kemudian diperutkannya kelapa di atas kue tersebut.
Setelah
itu Galuh menemui ibunya dengan membawa kue kreasinya itu, sang ibu terkejut
mengapa kue yang dibuat Galuh tak sama seperti kue buatannya. Lalu dicicipinya
kue buatan putri tersayangnya, ia kembali terkejut karena kue tersebut memiliki
rasa yang begitu enak. Sang ibu pun memuji kepandaian Galuh membuat kue.
Pada
saat itu ada tetangga yang datang kerumah Galuh, karena mendengar ibu Galuh
sakit. Saat datang, ibu Galuh meminta tetangganya tersebut mencicipi kkue
buatan Galuh, hasilnya sama ketika ibu Galuh pertama mencoba kue tersebut.
Tetangga kemudian bertanya apa nama kue trsebut, Galuh terdiam ia tak tau apa
nama kue tersebut karena kue itu ia buat sendiri tanpa petunjuk siapapun,
bahkan terkesan sembarangan karena hanya ingin ibunya cepat mencicipi kuenya
dan tak ingin sang ibu merasa marah ataupun jengkel kepadanya. Saat Galuh
terdiam tetangganya heran, dan kembali menanyakan nama kue enak buatan Galuh
tersebut. Sang janda ingat bahwa tadi putrinya Galuh menyebut kalapun, lalu ia
mengatakan bahwa kue tersebut bernama kalapun.
Sejak
saat itu kue tersebut dijadikan Galuh sumber rezekinya. Galuh tak ingin lagi
ibunya yang sudah tua dan sakit – sakitan berdagang kue, Galuh mengambil alih
semua yang dilakukan ibunya. Galuh mencari rezeki untuk hidup ia dan ibunya
dengan berdagang kue kelepun.
Seiring
perkembangan zaman yang terus mengarah pada perubahan kue kelepun pun ikut
mengalami perubahan sedikit nama dari kelepun menjadi kelepon. Namun tak
sedikit orang yang masih menyebut kelepun pada kue kelepon. Mengenai rasa dan
bahan pembuatan kelepon tak ada perubahan hingga sekarang, kelepon tetap
menjunjung rasa manis dan menggugah selera. Karena Galuh tinggal di daerah
Martapura maka kue kelepon tersebut disinyalir sebagai salah satu kue khas
Martapura.
Klepon
atau kelepon adalah sejenis makanan tradisional atau kue tradisional Indonesia
yang termasuk ke dalam kelompok jajan pasar. Makanan ini terbuat dari tepung
beras ketan yang dibentuk seperti bola-bola kecil dan diisi dengan gula merah
lalu direbus dalam air mendidih. Klepon yang sudah masak lalu digelindingkan di
atas parutan kelapa agar melekat, sehingga klepon nampak berbalur parutan
kelapa. Biasanya klepon diletakkan di dalam wadah yang terbuat dari daun
pisang.
Di
Sumatera dan di Malaysia, klepon disebut "onde-onde", sedangkan di
Jawa dan bagian lain di Indonesia penganan yang disebut Onde-onde adalah bebola
tepung beras berisi adonan kacang hijau yang dibaluri biji wijen. Perbedaan
penyebutan antara di Jawa dan Sumatera-Malaysia ini seringkali menjadi penyebab
kekeliruan dan kerancuan dalam mengartikan onde-onde. Klepon biasa dijajakan
dengan getuk dan cenil (juga disebut cetil) sebagai camilan di pagi atau sore
hari. Warna klepon biasanya putih atau hijau tergantung selera. Untuk klepon
dengan warna hijau, perlu ditambahkan bahan pewarna dari daun suji atau daun
pandan.
Bahan :
Tepung beras ketan 250 g
Tepung beras 50 g
Air mineral 1350 ml
Daun pandan secukupnya
Garam 1 sdt
Kelapa buah, parut kemudian
kukus
Gula merah secukupnya, sisir
halus
Gula pasir 3 sdm
Cara
membuat :
1.
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.
Siapkan wadah bersih untuk menguleni adonan.
3.
Daun pandan yang sudah dibersihkan kemudian
blender dengan 200 ml untuk dijadikan pewarna alami. Sisihkan.
4. Masukkan tepung beras ketan, tepung beras,
dan garam. Aduk hingga tercampur sempurna.
5.
Tuang sedikit demi sedikit air pewarna, tuang
sambil terus diaduk.
6.
Kemudian tuang sedikit demi sedikit air
mineral 150 ml, tuang sambil terus diaduk. Jika adonan dirasa sudah cukup
kental maka tidak perlu ditambahi air. Aduk hingga adonan hingga mencapai
kekentalan yang pas untuk kemudian dibentuk dan diisi dengan gula merah.
7. Ambil sedikit adonan, pipihkan, dan beri
sedikit gula merah yang sudah disisir sebelumnya. Tidak usah terlalu banyak
agar nanti ketika direbus tidak meluber keluar.
8.
Bentuk adonan menjadi bola-bola.
9.
Ulangi poin 6 dan 7 hingga adonan habis.
10. Rebus 1 L air, tunggu hingga mendidih.
11. Masukkan klepon yang sudah dibentuk. Tunggu
hingga klepon mengapung.
12. Sembari menunggu klepon matang, siapkan
parutan kelapa. Campur parutan kelapa dengan gula pasir dan garam secukupnya.
Sisihkan.
13. Tiriskan klepon yang sudah mengapung. Lalu
gulingkan atau taburi klepon dengan parutan kelapa.
14. Klepon siap disajikan. Lebih enak dimakan
selagi masih hangat.
2. GUDEG
Gudeg
telah dikenal oleh masyarakat Indonesia khususnya sebagai makanan khas
dari KotaYogyakarta. Popularitas tersebut juga yang membuat Yogyakarta
dikenal dengan nama Kota Gudeg. Gudeg adalah makanan tradisional yang
terbuat dari Nangka muda (nangka) yang direbus selama beberapa jam
dengan gula kelapa serta santan. Dengan dilengkapi dengan berbagai bumbu
tambahan membuat Gudeg menjadi terasa manis dilidah dan memiliki rasa
yang khas dan enak sesuai dengan selera masyarakat Jawa pada umumnya.
Pada
penyajiannya, Gudeg biasa di lengkapi dengan nasi putih, ayam, telur
rebus, tahu atau tempe, dan rebusan terbuat dari kulit sapi segar atau
lebih dikenal dengan nama sambal goreng krecek. Ada beberapa jenis Gudeg
yang dikenal saat ini yaitu jenis Gudeg kering dan Gudeg basah. Gudeg
kering hanya memiliki sedikit santan sementara Gudeg basah mencakup
lebih banyak susu kelapa atau santan. Jenis-jenis Gudeg tersebut juga
mempengaruhi rasa yang dimiliki oleh Gudeg. Meskipun biasanya manis,
Gudeg kadang juga memiliki rasa yang pedas seperti yang terdapat pada
wilayah Jawa Timur.
Awalnya
Gudeg yang dikenal oleh masyarakat Indonesia khususnya Yogyakarta jaman
dahulu adalah Gudeg Basah. Seiring perkembangan jaman, kebutuhan Gudeg
untuk oleh-oleh yang semakin berkembang juga seirama dengan munculnya
Gudeg kering. Gudeg kering baru ditemukan sekitar enam dasawarsa yang
lalu. Sifatnya yang kering membuat gudeg tersebut tahan lama dan sering
dimanfaatkan sebagai oleh-oleh yang tentu saja berdampak dengan
munculnya industri rumahan yang menyajikan oleh-oleh Gudeg khas
Yogyakarta.
Keunikan
lainnya dari masakan gudeg adalah kemasannya. Apabila Anda berbelanja
Gudeg sebagai makanan khas Yogyakarta, tidak jarang Gudeg tersebut
dikemas dengan menggunakan besek. Besek adalah bungkus dari anyaman
bamboo yang dibentuk sedemikian rupa berbentuk segi empat dan dapat
digunakan sebagai tempat Makanan. Selain itu Gudeg juga sering dikemas
menggunakan kendil yaitu berupa wadah yang terbuat dari tanah.
Bahan dan Bumbu :
Garam 2 sendok makan
Kemiri yang disangrai 10 butir
Ketumbar yang sudah disangrai 1 sendok teh
Bawang merah 15 butir
Bawang putih 10 butir
Merica bubuk setengah sendok teh
Nangka muda kurang lebih 1 kg
Santan 2 liter
Air kelapa 1 liter
Lengkuas yang diiris memangjang
Daun salam 5 lembar
Telur rebus (sesuai selera Anda)
Gula aren 200 gram
Setelah bahan-bahan diatas sudah siap, Anda dapat membuat gudeg dengan cara sebagai berikut:
1. Cuci nangka yang tadi sudah Anda siapkan, lalu dipotong dadu
2. Rebus nangka tersebut beberapa menit kemudian tiriskan
3. Masukkan
telur rebus, gula aren, dan nangka yang sudah dipotong tadi ke panci.
Sebelumnya, Anda perlu memberi alas pada panci dengan beberapa lembar
daun salam yang tadi disiapkan, sedangkan diatasnya diletakkan irisan
lengkuas.
4. Haluskan bumbu-bumbu kemudian campurkan dengan setengah air kelapa. Lalu aduk merata dan tuangkan pada panci.
5. Tuangkan air kelapa yang tidak dicampur sampai telur dan nangka semuanya terendam kemudian tutup pancinya.
6. Masak selama kurang lebih 2 jam dengan api sedang tanpa membuka tutup panci
7. Jika air sudah menyusut, sisihkan, dan angkat telur
8. Tuangkan santan dan aduk sambil menghancurkan potongan nangka. Telur dimasukkan lagi hingga sedikit terendam dengan nangka.
9. Masak kembali kurang lebih 3 sampai 4 jam dengan api kecil sambil diaduk perlahan.
10. Jika santan sudah habis dan gudeg dirasa sudah berwarna coklat kemerahan itu berarti gudeg yang Anda buat sudah matang.
Tips untuk membuat gudeg nangka :
1. Pertama,
ada baiknya Anda menggunakan kompor listrik karena saat memasak dengan
api kecil, jika dengan menggunakan kompor maka api tersebut bisa mati.
Nah, agar api yang dihasilkan stabil, ada baiknya menggunakan kompor
listrik dengan mengatur 300 watt dan masak selama 7 jam.
2. Kedua, karena waktu yang lama dalam memasak, Anda lebih baik menggunakan panci dengan alas yang tebal.
3. Jangan
gunakan santan instan, benar-benar santan dari kelapa tua. Kelapa tua
inilah rahasia rasa gurih yang tercipta agar gudeg terasa lebih
sempurna.
Makanan khas dengan resep gudeg Jogja ini semakin nikmat jika dipadukan dengan sambal goreng krecek dan opor ayam tahu.
0 komentar:
Posting Komentar